Judul: Into Thin Air : Kisah Tragis Pendakian Everest
Penulis: John Krakauer
Penerbit: Qanita (Mizan Grup)
Harga: Rp. 49000
Sagarmatha atau Dewi Langit, itulah julukan orang-orang Sherpa untuk Everest. Para pendaki dan ahli geologi menganggap puncak tertinggi dunia itu tidak indah, terlalu besar, lebar dan kasar. Namun keanggunan arsitektural yang tidak dimiliki Everest diimbangi oleh massanya yang besar dan menakjubkan. Belum lagi kisah-kisah mengguncang tentang berbagai upaya penaklukannya yang memberikan reputasi tersendiri. Ditemukan pada 1852, Everest baru dapat ditaklukkan 101 tahun kemudian setelah "serangan"yang berganti-ganti dilakukan 15 tim ekspedisi serta hilangnya 24 nyawa, jumlah korban yang terus bertambah seiring sejarah pendakiannya yang berlanjut hingga kini.
Jon Krakauer adalah klien sebuah tim ekspedisi komersial, satu di antara sekitar 16 tim yang mendaki Everest pada 1996. Pada hari pendakian 10 Mei itu, tak seorang pun yang pernah membayangkan bahwa bencana yang menakutkan sedang mengintai, dan kemudian merenggut nyawa delapan rekan mereka. Tidak ada yang menduga, bahwa di penghujung hari, setiap detik akan menjadi sangat berarti.
Krakauer menulis Into Thin Air dengan harapan akan dapat "mengenyahkan Everest dari kehidupanku." Kesedihan mendalam karena peristiwa tragis di haribaan Dewi Langit itu nyata tercermin dalam kisah ini. Bagaimanapun, bahkan setelah usai menulis Into Thin Air, Krakauer harus pasrah mengakui bahwa tragedi Everest itu akan tetap menghantui hidupnya. Tragedi yang bisa pula menghantui Anda, pembaca, setelah menuntaskan halaman terakhirnya.
"Sebuah kisah mengerikan tentang risiko pendakian, sebuah kisah tentang kemalangan dan pertimbangan yang keliru, sebuah kisah tentang kepahlawanan yang menyayat hati."PEOPLE
"Salah satu buku petualangan paling dahsyat...''The Wall Street Journal
Jon Krakauer adalah kontributor untuk majalah Outside, dan penulis Eiger Dreams serta buku laris Into the Wild. Banyak tulisannya tentang penjelajahan alam dimuat antara lain diSmithsonian, National Geographic, dan Rolling Stone. Dia tinggal di Seattle bersama istrinya, Linda.
Penulis: John Krakauer
Penerbit: Qanita (Mizan Grup)
Harga: Rp. 49000
Sagarmatha atau Dewi Langit, itulah julukan orang-orang Sherpa untuk Everest. Para pendaki dan ahli geologi menganggap puncak tertinggi dunia itu tidak indah, terlalu besar, lebar dan kasar. Namun keanggunan arsitektural yang tidak dimiliki Everest diimbangi oleh massanya yang besar dan menakjubkan. Belum lagi kisah-kisah mengguncang tentang berbagai upaya penaklukannya yang memberikan reputasi tersendiri. Ditemukan pada 1852, Everest baru dapat ditaklukkan 101 tahun kemudian setelah "serangan"yang berganti-ganti dilakukan 15 tim ekspedisi serta hilangnya 24 nyawa, jumlah korban yang terus bertambah seiring sejarah pendakiannya yang berlanjut hingga kini.
Jon Krakauer adalah klien sebuah tim ekspedisi komersial, satu di antara sekitar 16 tim yang mendaki Everest pada 1996. Pada hari pendakian 10 Mei itu, tak seorang pun yang pernah membayangkan bahwa bencana yang menakutkan sedang mengintai, dan kemudian merenggut nyawa delapan rekan mereka. Tidak ada yang menduga, bahwa di penghujung hari, setiap detik akan menjadi sangat berarti.
Krakauer menulis Into Thin Air dengan harapan akan dapat "mengenyahkan Everest dari kehidupanku." Kesedihan mendalam karena peristiwa tragis di haribaan Dewi Langit itu nyata tercermin dalam kisah ini. Bagaimanapun, bahkan setelah usai menulis Into Thin Air, Krakauer harus pasrah mengakui bahwa tragedi Everest itu akan tetap menghantui hidupnya. Tragedi yang bisa pula menghantui Anda, pembaca, setelah menuntaskan halaman terakhirnya.
"Sebuah kisah mengerikan tentang risiko pendakian, sebuah kisah tentang kemalangan dan pertimbangan yang keliru, sebuah kisah tentang kepahlawanan yang menyayat hati."PEOPLE
"Salah satu buku petualangan paling dahsyat...''The Wall Street Journal
Jon Krakauer adalah kontributor untuk majalah Outside, dan penulis Eiger Dreams serta buku laris Into the Wild. Banyak tulisannya tentang penjelajahan alam dimuat antara lain diSmithsonian, National Geographic, dan Rolling Stone. Dia tinggal di Seattle bersama istrinya, Linda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar