Judul: Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia: Pembentukan dan Konsolidasi Orde Baru 1966-1974
Penulis: François Raillon, Nasir Tamara (Penerjemah)
Halaman: 361 pages
Penerbit: LP3ES, Desember 1985
Bahasa: Indonesia
Judul Asli: Les étudiants indonésiens et l’Ordre Nouveau: Politique et idéologie du Mahasiswa Indonesia (1966-1974)
Status: NFS
*****
Resensi:
POLITIK DAN MAHASISWA, PERSPEKTIF DAN KECENDRUNGAN MASA KINI
Penulis: François Raillon, Nasir Tamara (Penerjemah)
Halaman: 361 pages
Penerbit: LP3ES, Desember 1985
Bahasa: Indonesia
Judul Asli: Les étudiants indonésiens et l’Ordre Nouveau: Politique et idéologie du Mahasiswa Indonesia (1966-1974)
Status: NFS
*****
Resensi:
POLITIK DAN MAHASISWA, PERSPEKTIF DAN KECENDRUNGAN MASA KINI
Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia adalah sebuah buku yang berlatar belakang pada masa awal orde baru. Buku ini menyoroti mengenai pembentukan orde baru pada masa-masa awal ditinjau dari sisi sebuah media massa bernama Mahasiswa Indonesia yang hadir dalam kurun waktu 1966-1974. Penulisnya adalah Francois Raillon, seorang staf peneliti pada Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis (CNRS). Francois Raillon menggunakan sumber kebanyakan berasal dari koran Mahasiswa Indonesia itu sendiri, ia setidaknya telah meneliti hampir 8000 artikel dari mingguan Mahasiswa Indonesia. Selain dari mingguan Mahasiswa Indonesia itu sendiri, Francois Raillon juga menggunakan buku-buku penunjang seperti The Army and Politics in Indonesia (Harold Crouch), Analisa Lengkap dan Latarbelakang Peristiwa 15 Januari 1974 (Arifin Marzuki), The Smiling General: President Soeharto of Indonesia (O.G. Roeder), Angkatan 66: Sebuah Catatan Harian Mahasiswa (Yozar Anwar), dan lainnya.
Metodologi yang dipakai oleh Francois Raillon dalam penulisan buku ini menggunakan pendekatan ilmu komunikasi dan ilmu politik. Hal ini sangat terlihat pada analisis-analisis Francois mengenai pergerakan para tokoh-tokoh dari Mahasiswa Indonesia seperti Rahman Tolleng dkk, ketidaksepahaman para aktivis ’66 dalam menyikapi hadirnya orde baru dan Golongan Karya, serta konflik antara Ali Moertopo dengan Jenderal Soemitro. Pendekatan ilmu komunikasi, khususnya jurnalisme ia gunakan dalam menganalisa kehadiran Mahasiswa Indonesia dan perjuangan untuk mempertahankan hidup media massa tersebut. Dalam mengklasifikasi historiografi yang ia pakai, Francois Raillon dalam buku ini membagi dalam beberapa topik buku antara lain: orde baru, mahasiswa, ideologi, sosial-budaya, ekonomi, dan karya tulis.
Francois Raillon menuliskan bahwa buku ini lahir secara kebetulan, dimana 18 bulan selama ia tinggal di Bandung terjadi berbagai peristiwa yang membuat beberapa media massa ditutup. Peristiwa Agustus 1973 di Bandung dan peristiwa 15 Januari di Jakarta menginspirasinya untuk meneliti mingguan yang banyak mengetahui akan sejarah berdirinya orde baru ini. Mingguan Mahasiswa Indonesia dipilih karena mingguan ini banyak bercerita akan hadirnya orde baru. Dalam awalan buku ini, Francois Raillon menuliskan bahwa Mahasiswa Indonesia memberikan satu rangkaian informasi tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam perubahan politik di Indonesia pada tahun 1966. Studi Francois Raillon yang terfokus pada Sejarah Indonesia Kontemporer menjadikan buku ini semakin menarik, terutama dalam hal pencarian sumber mengenai kondisi jurnalisme dan politik era awal orde baru.
Buku Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia ini membawa permasalahan akan Peristiwa 15 Januari 1974 yang berujung pada penutupan beberapa media massa di Indonesia (salah satunya Mahasiswa Indonesia). Konflik yang terjadi pada awal tahun 1974 itu membuka lembaran baru mengenai ketidak-demokratisan pemerintahan Soeharto. Mahasiswa Indonesia yang merupakan bentuk aspirasi mahasiswa dari KAMI Bandung dalam menjatuhkan pemerintahan Soekarno serta membangun pemerintahan Soeharto ternyata mendeklarasikan diri sebagai mitra strategis pemerintah. Mitra strategis disini dalam artian mereka mendukung ideologi pemerintah, tetapi tetap mengawasi dan mengkritisi langkah dan kebijakan pemerintah pusat. Posisi tersebut menjadi sesuatu yang tidak menguntungkan bagi pemerintahan saat itu, karena Mahasiswa Indonesia menjadi sekutu yang tidak memiliki kejelasan sikap terhadap pemerintah. Dalam beberapa hal Mahasiswa Indonesia mendukung, tetapi dalam hal-hal yang lain Mahasiswa Indonesia malah menyerang pemerintahan pusat. Rasa tidak suka Mahasiswa Indonesia terhadap sosok asisten pribadi presiden (Ali Moertopo) membuatnya harus mati pasca peristiwa 15 Januari 1974.
Membaca buku Politik dan ideologi Mahasiswa Indonesia ini memberikan banyak pengetahuan baru akan perkembangan media massa di Indonesia. Gaya bahasa penulisan yang analisis-naratif memudahkan pembaca untuk memahami isi buku, sehingga tanpa tersadar dalam sehari sudah melahap banyak halaman. Buku ini juga mampu memberikan inspirasi baru dalam usaha untuk menerbitkan media massa. Beberapa informasi penting yang dapat digunakan dalam usaha untuk menuliskan sejarah awal orde baru banyak diperoleh dari buku ini. (Sumber: http://adalapak.com)
Francois Raillon menuliskan bahwa buku ini lahir secara kebetulan, dimana 18 bulan selama ia tinggal di Bandung terjadi berbagai peristiwa yang membuat beberapa media massa ditutup. Peristiwa Agustus 1973 di Bandung dan peristiwa 15 Januari di Jakarta menginspirasinya untuk meneliti mingguan yang banyak mengetahui akan sejarah berdirinya orde baru ini. Mingguan Mahasiswa Indonesia dipilih karena mingguan ini banyak bercerita akan hadirnya orde baru. Dalam awalan buku ini, Francois Raillon menuliskan bahwa Mahasiswa Indonesia memberikan satu rangkaian informasi tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam perubahan politik di Indonesia pada tahun 1966. Studi Francois Raillon yang terfokus pada Sejarah Indonesia Kontemporer menjadikan buku ini semakin menarik, terutama dalam hal pencarian sumber mengenai kondisi jurnalisme dan politik era awal orde baru.
Buku Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia ini membawa permasalahan akan Peristiwa 15 Januari 1974 yang berujung pada penutupan beberapa media massa di Indonesia (salah satunya Mahasiswa Indonesia). Konflik yang terjadi pada awal tahun 1974 itu membuka lembaran baru mengenai ketidak-demokratisan pemerintahan Soeharto. Mahasiswa Indonesia yang merupakan bentuk aspirasi mahasiswa dari KAMI Bandung dalam menjatuhkan pemerintahan Soekarno serta membangun pemerintahan Soeharto ternyata mendeklarasikan diri sebagai mitra strategis pemerintah. Mitra strategis disini dalam artian mereka mendukung ideologi pemerintah, tetapi tetap mengawasi dan mengkritisi langkah dan kebijakan pemerintah pusat. Posisi tersebut menjadi sesuatu yang tidak menguntungkan bagi pemerintahan saat itu, karena Mahasiswa Indonesia menjadi sekutu yang tidak memiliki kejelasan sikap terhadap pemerintah. Dalam beberapa hal Mahasiswa Indonesia mendukung, tetapi dalam hal-hal yang lain Mahasiswa Indonesia malah menyerang pemerintahan pusat. Rasa tidak suka Mahasiswa Indonesia terhadap sosok asisten pribadi presiden (Ali Moertopo) membuatnya harus mati pasca peristiwa 15 Januari 1974.
Membaca buku Politik dan ideologi Mahasiswa Indonesia ini memberikan banyak pengetahuan baru akan perkembangan media massa di Indonesia. Gaya bahasa penulisan yang analisis-naratif memudahkan pembaca untuk memahami isi buku, sehingga tanpa tersadar dalam sehari sudah melahap banyak halaman. Buku ini juga mampu memberikan inspirasi baru dalam usaha untuk menerbitkan media massa. Beberapa informasi penting yang dapat digunakan dalam usaha untuk menuliskan sejarah awal orde baru banyak diperoleh dari buku ini. (Sumber: http://adalapak.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar